Setelah pasangan Najwan/Syizan ditolak Pemain Selayar, Gowa menurunkan pasangan Najwan/Fatih kopel dengan pasangan Alwaly/Yusuf. Perubahan ini membawa konsekwensi besar untuk Tim Gowa. Mengingat Gowa yang ke praporprov pinrang dengan komposisi pemain yang tak lengkap.
Fatih yang semula akan bermain di pasangan Mix bersama Naia. Fatih dan Naia diplot ke nomor beregu. dimana Naia akan berpasangan dengan Kirena. keuntungannya, selain beregu putra bisa jalan, beregu putri menjadi tim lengkap dengan pemain (Ayu/Ainun, Ayumi/azra dan Kirena/Naia). kerugiannya adalah pasangan Fatih/Naia tak bisa mengikuti nomor butler mix U23. dan Alhamdulillah Beregu baik Beregu putra maupun beregu putri, keduanya lolos.
Masalah dianggap selesai, karena Gowa yang diprotes oleh pemain Selayar sudah jalan. setelah pak Rafiuddin pemain selayar yang tolak pemain gowa Syizan. dan juga menolak bermain dengan Gowa karena semua pemain muda. beliau memilih untuk tak ikut bertanding digantikan oleh pemain selayar lainnya. ini adalah salah satu strategi saja. dengan menolak pemain lawan dan diterima dalilnya oleh inspektur pertandingan. maka selayar akan dinyatakan menang tanpa bertanding (WO). tapi kita juga berprinsip. jangan dulu, anda bisa juara tapi harus kalahkan dulu Gowa. (Hasilnya memang Selayar menang). Saya sebagai atlet Kota Palopo sudah bisa main dengan tenang.
Masalah baru muncul saat akan dimulai pertandingan Butler Mix. Naia datang (dengan suara sangat pelan) mengadu “Pak diambil ki pasangan ku”. (maksudnya Najwan kenapa bermain dengan fatih. Na pasangan Butler U23 sudah mau di mulai). Matimija saya tinggalkan meja pertandingan yang saat itu bermain Palopo melawan Pangkep dan menjelaskan ke Naia bahwa rencana berubah. Nanti nak Naiya akan main di nomor beregu berpasangan. masih dengan wajah polos dan suara hampir tak terdengar Naiya berkata “tapi na ambilki pasangan ku pak”.
ini bisa dimaklumi dimana kondisi anak-anak sangat ingin bertanding. baru kalau sudah bertanding selain “dumba’-dumba'”, juga “nekkerek” jie. saat datang ke arena, sangat ingin main. Begitu duduk di meja suasana tegang muncul. ini dapat dilihat dari seluruh tim Arifah Wajah kaku, tangan diletakkan di atas meja,pegang kartu dengan tangan “nekkerek” sambil kaki goyang goyang terus. tak ada tegur sapa atau sekedar basa-basi dengan lawan atau salaman dulu sebelum bertanding. dan seterusnya.
Ini juga dialami oleh Naia, sangat ingin bertanding. Apalagi saat namanya dipanggil panggil oleh inspektur pertandingan melalui pengeras suara. karena sudah tak ada kesempatan membujuk, apalagi tim lawan sudah protes karena saya meninggalkan arena. Terpaksa jiwa Kamad keluar, saya sampaikan ancaman. “Pilihannya dua; Naia main di Beregu pasangan dengan Kirena, atau saya pulangkan”. lalu saya lanjutkan pertandingan melawan pangkep yang tertunda.
Selesai satu Board, saya tidak lihat Naiya di arena. dalam hati saya bilang “matimija”, Gassingka pulang betul ki. tapi tak sempat berfikir lagi masalah Nia, saya sudah harus main lagi melawan Maros. setelah sesi ketiga palopo melawan Pinrang. Naiya dan Kirena datang menemui saya dengan senyum lebar (yang senyum lebar kirena jie, kalau Naia tidak lebar ji senyumnya tapi suasana saya lihat penuh kegembiraan). Hampir bersamaan keduanya berkata “pak, Menang ka’ pak”, Alhamdulillah saya bilang. bukan syukur karena menang, tapi syukur karena Naia masih adaji di arena, tak jadiji pulang.
Naia melanjutkan, “jadi pak, mainka’ lagi karena kami menang”. saya bilang “iye main ki’ lagi. kalau menang lagi. silahkan main lagi kopel dengan pasangan ayumi/azra. kalau palopo yang saya bela; sudah main tiga kali dan ketiganya kalah.
saat ayu/ainun dikopelkan dengan ayumi/azra (kalah). dengan ayumi/kirena (kalah). dengan Kirena/azra (kalah), dengan Kirena/Naia (menang). pembelajaran yang kita dapat ambil. pelatih memiliki kewenangan penuh untuk menentukan siapa yang main dan siapa yang tak main. pelatih harus mencoba semua strategi agar menang. jadi seorang pemain “mestinya” jangan pernah berfikir untuk protes strategi pelatih.
Catatan.
mohon maaf ke ananda Naia, suasananya saat itu sangat menegangkan. saat itu sebagai pelatih, saya tidak marah. hanya saja sedang galau juga, karena sebagai pemain saya kalah terus. wkwkkwkwwk.